Rabu, 29 September 2021

Aku yang Lain
OPINI
Oleh: Fr. Dominic Irpan
        Berbicara mengenai sahabat, tentunya kita memiliki segudang pengertian serta jawaban yang ada di dalam benak kita. Namun, apabila kita diminta untuk mewujudnyatakan apa arti dari kata "Sahabat" itu, kita tentu akan berkata, "Saya sulit untuk menjadi seorang sahabat". Sahabat mengandaikan sosok seorang pribadi yang menyadari siapa dirinya dan mengapa ia bisa ada. Hal ini menjadikannya mengerti apa yang diperlukan orang lain sebab ia sendiri juga tentunya mengalami hal yang sama. Hal inilah yang dinamakan sebagai kesadaran manusiawi (Armada Riyanto, 2019:98).

        Ketika manusia menyadari kehadirannya serta secara aktif dan sadar bahwa ia adalah manusia, maka sesungguhnya ia adalah subjek atas dirinya sendiri. Ungkapan "Aku berpikir, maka aku ada" (Cogito Ergo Sum) yang dicetuskan oleh Descartes ini memiliki makna bahwa Aku-Berpikir merupakan perwujudan langsung dari sebuah kesadaran. Manusia yang berpikir menurutnya adalah manusia yang menyadari "adanya" sendiri, sebab dengan berpikir, ia aktif dan hidup. Hal ini bukan berarti mau mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan orang lain, melainkan justru ia menginternalisasikan ke-diri-annya dan menganggap bahwa orang lain adalah "Aku yang Lain". Sekali lagi, seorang sahabat melebihi pemikiran yang kerap kali kita gambarkan. Jadi, dalam hal ini yang hendak ditegaskan ialah bahwa persahabatan mengandaikan relasi satu pribadi dengan pribadi lainnya.

        Bila kita belajar dari para filsuf termasyhur, salah satunya Aristoteles, kita akan mengerti bahwa persahabatan itu mengalahkan keegoisan diri. Jika dua atau tiga orang sahabat tidak lagi melihat keburukan sesamanya sebagai batu sandungan, disanalah termuat makna sahabat sejati yang senantiasa memiliki pengertian, perhatian dan sikap menghormati satu sama lain.

        Pada Minggu ke IV (26 September 2021) kita telah mendalami katekese dalam Bulan Kitab Suci Nasional di pekan yang terakhir. Kita diajak untuk menjadi orang Kristen yang sejati. Kristen sejati maksudnya ialah meneladani Kristus yang senantiasa menjadi sahabat bagi semua orang. Ia adalah contoh seorang sahabat yang sejati. Ia rela mengorbankan diri-Nya demi kita semua; semua itu tidak terlepas dari CINTA. Cinta kasih menjadi landasan utama persahabatan yang diajarkan Yesus Kristus. Begitu indah Cinta-Nya terhadap kita melebihi keindahan cinta yang biasa diberikan oleh seorang kekasih. Sampai pada akhirnya, gambaran akan keindahan dan segala cinta seorang sahabat itu sendiri tak mampu terlukiskan!

Kami siap membangun dunia literasi bercita rasa Kristiani dalam semangat Aggiornamento di tengah generasi milenial

0 komentar:

Posting Komentar

Kirim Tulisan

What's App:

+62817-0318-8444 (Kalam)

Alamat:

Jl. Sigura-gura Barat, No. 2 Karang Besuki (Seminari Tinggi Interdiosesan Giovanni XXIII),
Malang, Jawa Timur

Email :

narasigiovanni@gmail.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog